Anak tunggal pasangan ini perempuan cantik
berusia tiga setengah tahun namanya Bilqis, ia sendirian di rumah karena kerap
kali ditinggalkan pembantu karena si pembantu sibuk dengan pekerjaannya di
dapur.
Bermainlah ia bersama ayunan yang dibelikan
ayahnya…
BILQIS : “aduh,,,setiap hari ayah dan
ibu selalu sibuk, sampai aku jarang di temani bermain… wah apa ini???
Ko ada paku disini???
Bagaimana kalau aku menggambar di teras
dengan paku ini”
NARATOR : Akhirnya Bilqis dengan asyiknya
menggambar sesuatu di atas teras rumah dengan menggunakan paku berkarat yang ia
temukan di halaman rumah, tapi…
BILQIS : “lho ko gambarnya nggak
kelihatan sih,,, oh iya bagaimana kalau aku menggambarnya di mobil ayah, biar
ayah bisa lihat gambar aku…”
NARATOR : Bilqis pun membuat coretan-coretan
sesuai imajinasinya di mobil ayahnya, karena hari itu ayah dan ibunya memakai
sepeda motor untuk menghindari kemacetan, dia menggambar kucing, burung, rumah,
gunung, gambar ayahnya, ibunya, dirinya dan mbo narti si pembantu rumahnya dan
kejadian itu tidak diketahui oleh mbo Narti karena dia sibuk bekerja di dapur.
Tidak lama kemudian ayah dan ibupun pulang
dari pekerjaannya…
AYAH : “kurang ajar,,,ibu, lihat mobil kita penuh coretan
kotor begini, kerjaan siapa ini…”
IBU : “mbo Narti,,,mbo Narti,,,di mana kamu???”
NARATOR : Alangkah kagetnya pasangan suami istri
itu melihat mobil yang baru setahun dibelinya dan cicilannya masih belum lunas
itu kini penuh dengan coretan-coretan Bilqis, datanglah mbo Narti dengan kaget…
AYAH : “mbo,,,cepat bilang pada kami, siapa yang sudah
mencorat-coret mobil ini, cepaaat???”
IBU : “cepat katakana mbo, mbo tahu biaya untuk
memperbaiki cat mobil ini sangat mahal sekali mbo???”
MBO NARTI : “sungguh saya tidak tahu tuan”
AYAH : “bohong”
IBU : “memangnya mbo kemana saja seharian di rumah???”
NARATOR : mendengar teriakan ayah dan ibunya
Bilqis pun keluar dari kamarnya dengan wajah manjanya ia memeluk ibunya dan
berkata…
BILQIS : “ayah ibu, lihat gambar buatan
aku di mobil itu, bagus kan, itu bilqis yang buat lho…”
AYAH : “anak tak tahu di untung, ayah harus beri pelajaran
pada anak ini…”
NARATOR : kemudian ayah pun menarik tangan
bilqis dengan kasar dan mengambil ranting kemudian memukuli tangan Bilqis
sekeras-kerasnya hingga Bilqis pun merteriak teriak-teriak kesakitan, puas
memukuli tangan anaknya mereka pun meninggalkan bilqis, mbo narti merasa iba
pada Bilqis dan ia pun merangkulnya…
BILQIS : “mbo, mengapa ayah dan ibu marah
pada bilqis, mengapa mbo???”
MBO NARTI : “ayah dan ibu tidak marah sama bilqis,
mereka sayang sama bilqis, asal bilqis tidak mengulangi corat-coret mobil ayah
lagi ya”
NARATOR : Bilqis dibawa oleh mbo narti ke
kamarnya, pembantu itu membersihkan tangan bilqis yang penuh memar dan berdarah
dengan air, sudah tiga hari bilqis tidur di kamar mbo narti karena si ayah
ingin memberi pelajaran pada anaknya, hingga suatu ketika mbo narti member tahu
pada tuannya…
MBO NARTI : “permisi tuan, sudah tiga hari Bilqis
demam, dan lukanya semakin parah tuan”
AYAH : “biarin aja, biar tahu rasa dia”
IBU : “kasih aja obat warung, mbo”
MBO NARTI : “sudah tuan, tapi demamnya malah tambah
parah”
AYAH : “kalau begitu, nanti sore saja kita bawa dia ke
puskesmas”
MBO NARTI : “baiklah tuan”
NARATOR : Pembantu itu pun kembali dengan
perasaan cemas. Tibalah waktu yang direncanakan, bilqis di bawa ke puskesmas terdekat,
akan tetapi mantri puskesmas tidak sanggup menangani penyakit bilqis, karena
sakitnya sudah sangat parah dan harus dirawat di rumah sakit, sesampainya di
rumah sakit, bilqis langsung ditangani oleh dokter ahli, dokter itu pun keluar
dari ruang periksa dan mencari keluarga pasien.
DOKTER : “ekhm..ekhm… kalau saya boleh tahu,
siapa keluarga anak yang bernama bilqis???”
AYAH : “saya ayahnya dok”
IBU : “saya ibunya dokter, dokter bagaimana keadaan
putri saya???”
DOKTER : “bapak dan ibu harus bersabar,
penyakit dan luka bilqis sudah infeksi akut, saya sarankan agar bapak dan ibu
menandatangani surat ini,”
AYAH : “surat apa ini dok???”
DOKTER : “agar hidup bilqis tertolong dan
infeksi lukanya tidak menyebar ke tubuhnya”
IBU : “surat apa itu pak???”
AYAH : “surat persetujuan amputasi, bu, tangan bilqis harus
di potong bu”
NARATOR : Dengan seketika ayah, ibu dan mbo
narti seperti mendapat halilintar di siang bolong, mereka sangat terkejut atas
keputusan itu, lalu dengan bergetar ayah pun menanda tangani surat itu diiringi
tangis ibu dan mbo narti, dan pengamputasian pun segera dilaksanakan.
Setelah beberapa saat keluarlah bilqis dari
ruang bedah dengan tanpa kedua tangannya, ia menatap wajah ayah, ibu dan mbo
narti satu persatu.
BILQIS : “ayah ibu, bilqis nggak akan
melakukannya lagi, bilqis nggak mau ayah pukul lagi, bilqis sayang ayah, ibu
dan mbo narti”
AYAH : “maafkan ayah nak”
BILQIS : “ayah kembalikan tangan bilqis,
bagaimana kalau bilqis mau makan nanti, bagaimana kalau bilqis mau bermain
nati???”
IBU : “bilqis anakku, maafkan kami nak”
NARATOR : bilqis masih belum mengerti mengapa
tangannya tetap di ambil walaupun ia sudah meminta maaf berkali-kali.
Wahai ayah dan ibu di dunia ini, bagaimana
kita mampu menolak taqdir Allah jika itu sudah terjadi, maka pikirkanlah terlebih
dahulu segala resiko yang akan terjadi jika kita akan melakaukan sesuatu.
Akhirnya kepada Allah jua lah kita berserah
diri.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar